LATAR BELAKANG
Penerapan International Financial
Reporting Standard (IFRS) di Indonesia saat ini masih belum
banyak dilakukan oleh kalangan ekonomi di Indonesia. Padahal penerapan
IFRS dalam sistem akuntasiperusahaan akan menjadi salah satu tolak ukur yang
menunjukkan kesiapan bangsa Indonesia bersaingdi era perdagangan bebas.IFRS
saat ini menjadi topik hangat di kalangan ekonomi, khususnya dikalangan
akuntan. IAI telah menetapkan tahun 2012 Indonesia sudah mengadopsi penuhIFRS. Di
indonesia sebenarnya sebagian perusahaan yang sudah mengacu pada IFRS, pengadopsianIFRS
mestinya diikuti pula dengan pengadopsian standar pengauditan internasional.
Standar pelaporankeuangan perusahaan tidak akanmendapatkan pengakuan tinggi,
bila standar yang digunakan untuk pengauditan masih standar lokal. International
Accounting Standards, yang lebih dikenalsebagai International Financial
Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporanakuntansi yang
memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan
disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis
transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulantertentu. Standar ini muncul
akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatuNegara
ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar
internasional yangberlaku sama di semua Negara untuk memudahkan proses
rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standarinternasional ini dengan standar
yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model,yaitu
memungkinkan penilaian aset menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan
disajikan dengan basis ”true and fair”.
Alasan perlunya Standar Akuntansi Keuangan yang
Konvergensi dengan IFRS, diantaranya :
1. Peningkatan daya banding laporan
keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasarmodal internasional.
2. Menghilangkan hambatan arus modal
internasional dengan mengurangiperbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
3. Mengurangi biaya pelaporan keuangan
bagiperusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para
analis.
4. Meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan menuju “best practice”.
Permasalahan yang akan dihadapi dalamimplementasi dan
adopsi IFRS :
1. Translasi Standar Internasional.
2. Ketidaksesuaian StandarInternasional
dengan Hukum Nasional.
3. Struktur dan Kompleksitas Standar
Internasional.
4. Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas
Standar Internasional.
Terdapat beberapa manfaat dalam
penerapan konvergensi IFRS:
Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan
penggunaan SAK secara internasional (enhance comparability), meningkatkan
arus investasi global melalui transparansi, menurunkan biaya modal dengan
membuka peluang fund raising melalui pasar modal, menciptakan efisiensi
penyusunan laporan keuangan. Namun, terdapat hal-hal yang menjadi perhatian
manajemen dalam implementasi IFRS: konsekuensi perpajakan, legal, sistem
informasi akuntansi dan pelaporan keungan. Untuk perpajakan, manajemen perusahaan
harus melakukan daftar peraturan perpajakan yang mungkin mengalami benturan
dengan IFRS, seperti PMK RI No. 79/PMK.03/2008, tanggal 23 Mei 2008, “Penilaian
Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan” yang berlaku efektif sejak 23 Mei 2008. PMK RI
No.79/PMK.03/2008 mengharuskan revaluasi aktiva tetap dikenakan pajak. Disamping
masalah perpajakan, perusahaan juga harus mempertimbangkan benturan legal dalam
menerapkan IFRS, misalnya Undang-Undang No.19 tahun 2003 tentang, “Badan Hukum
Milik Negara” pasal 4 ayat 2: penyertaan modal negara dalam rangka pendirian
atau penyertaan pada BUMN dapat bersumber dari keuntungan revaluasi aktiva.
Isu pelaporan keungan adalah isu sentral
yang harus diperhatikan pada saat melakukan implementasi IFRS. Pelaporan keuangan
mencangkup proses dan output pelaporan keuangan itu sendiri. Sistem informasi
akuntansi harus disesuaikan dengan IFRS, serta proses pengukuran dan penilaian
aktiva dan kewajiban banyak mengalami perubahan. Penerapan IFRS pada suatu
perusahaan harus dilakukan berawal dari laporan keuangan yang disusun
berdasarkan prinsip akuntansi lokal, dilakukan dengan dua cara:
1.
Rekonsiliasi
terhadap laporan keuangan yang disusun berdasarkan lokal GAAP sehingga sesuai
dengan IFRS.
2.
Menyusun
laporan keuangan secara terpisah dengan langsung mengacu kepada IFRS.
Penerapan IFRS
berdampak terhadap perusahaan dalam banyak hal. Aspek pelaporan interim dan
basis penilaian adalah hal yang paling banyak terkena dampak. Penerapan IFRS
dengan cara adopsi penuh, hal yang paling signifikan yang harus diperhatikan
adalah koreksi laba ditahan sebagai akibat penerapan pertama dari IFRS. Efeknya
bisa mengurangi laba atau sebaliknya justru bisa menambah laba. Sasaran konvergensi
IFRS tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS
versi 1 Januari 2009, yang berlaku efektif tahun 2011-2012. Kovergensi IFRS di
Indonesia dilakukan secara bertahap. Sepanjang tahun 2009, DSAK-IAI telah
mengesahkan 10 PSAK baru, 5 ISAK, dan mencabut 9 PSAK berbasis industri dan
mencabut 1 ISAK. Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012 nanti.
Dengan mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK
tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan
IFRS. Namun, perubahan tersebut akan memberikan efek di berbagai bidang,
terutama dari segi pendidikan dan bisnis. Beberapa kendala dalam adopsi IFRS ke
PSAK:
a.
Dewan
Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya
b.
IFRS
berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih dilakukan,
pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut.
c.
Infrastuktur
profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak metode akuntansi
yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan. Kesiapan perguruan
tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS.
d.
Support pemerintah terhadap isu konvergensi.
Beberapa kendala
menjadi penghambat penerapan IFRS sebagai standar akuntansi dan pelaporan
keuangan di dunia hingga saat ini, yaitu berkaitan dengan faktor-faktor: sistem
hukum dan politik, sistem perpajakan dan fiskal, nilai-nilai budaya korporasi,
sistem pasar modal dan peraturan terkait dengan kepemilikan korporasi, kondisi
ekonomi dan aktivitas bisnis, teknologi. Berdasarkan hasil riset Radebaugh dan Gray,
sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara-negara di dunia di bagi lima kelompok:
sistem akuntansi Anglo-Saxon, Germanic, Nordic, Latin, dan Asia. Pengklasifikasian
tersebut didasarkan pada nilai-nilai budaya korporasi, sistem hukum, politik,
dan perpajakan. IFRS dikembangkan dengan banyak mengacu kepada sistem akuntansi
Anglo-Saxon yang banyak diadopsi negara-negara bekas koloni Inggris. Ada tiga
permasalahan utama dihadapi Indonesia dalam adopsi penuh IFRS. Pertama, kurang
siapnya infrastruktur seperti DSAK sebagai financial accounting standard
setter di Indonesia. Kedua, kondisi peraturan perundangan-undangan yang belum
tentu sinkron dengan IFRS. Ketiga, kurang siapnya sumber daya manusia dan dunia
pendidikan di Indonesia. Selain, permasalahan implementasi ini, terdapat pula
dampak yang harus dialami oleh Indonesia:
a. Mahasiswa
harus belajar tentang konsep yang ada Conceptual framework.
b. Mahasiswa
harus menguasai teori-teori yang mendasari pelaporan keuangan: ekonomi makro keuangan, portofolio, dll.
c. Mahasiswa
harus menguasai valuation theory.
d. Mahasiswa
harus belajar membuat judgments ( memahami BC dalam setiap standar).
e. Pembentukan
IFRS Task Force.
f. Kajian-kajian
dan riset mengenai IFRS.
g.Pengajaran
principle based, bukan rule based dan pengungkapan berdasarkan IFRS.
h.Penggunaan
text book berbasis IFRS.
i. Pengetahuan
mengenai pengungkapan berdasarkan IFRS.
j. Pemutakhiran
materi ajar terutama untuk mata kuliah yang terkena dampak besar dari
konvergensi IFRS.
k. Mata
kuliah yang terkena dampak paling besar: akuntansi keuangan menengah, teori
akuntansi, akuntansi internasional, akuntansi keuangan lanjutan, seminar akuntansi
/akuntansi topik khusus, statistika akuntansi, dan metodologi penelitian
DAMPAK IFRS
Dewasa ini dunia
bisnis dituntut untuk mempersiapkan diri dalam mengadopsi IFRS yang akan diterapkan pada
tahun 2012. IAS dan IFRS merupakan standar akuntansi dan pelaporankeuangan yang
merupakan produk IASC dan IASB. IFRS adalah produk IASB versi baru sedangkan
IAS adalah produk IASC versi lama.Manfaat dari penerapan IFRS secara umum
diantaranya adalah :
·
Memudahkan
pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar AkuntansiKeuangan
yang dikenal secara internasional (enhance comparability).
·
Meningkatkan
arus investasi global melalui transparansi.
·
Menurunkan
biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara
global.
·
Menciptakan
efisiensi penyusunan laporan keuangan.
·
Meningkatkan
kualitas laporan keuangan, dengan cara, mengurangi kesempatan
untuk melakukan earning management .
DAMPAK KONVERGENSI IFRS TERHADAP
KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN
Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya
informasi dari pelaporan keuangan perusahaan perusahaan yang ada di Indonesia.Adopsi
standar internasional juga sangat penting dalam rangka stabilitasperekonomian. Manfaat
dari program konvergensi IFRS diharapkan akan mengurangi hambatan-hambatan
investasi, meningkatkan transparansi perusahaan, mengurangi biaya yang terkait
denganpenyusunan laporan keuangan, dan mengurangi cost of capital. Sementara
tujuan akhirnya laporankeuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) hanya akan memerlukan sedikitrekonsiliasi untuk menghasilkan
laporan keuangan berdasarkan IFRS. Banyaknya standar yang harusdilaksanakan
dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi publik
untuk sedari dini mengantisipasi implementasi program konvergensi
IFRS.Beberapa
dampak yang terjadi atas konvergensi
IFRS terhadap kualitas penyajian Pelaporan Keuangan, akan dijelaskan lebih
rinci dari dalam perspektif kualitatif:
1.
Perubahan
konsep dari rule based ke principle based
Principle
based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak bersifat ketat atau
rigid, melainkanhanya memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang
harus diikuti untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang
relevan, dapat diperbandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung
makna bahwa untuk mencapai kualitas informasi tertentu yang relevan,
dapatdiperbandingkan, dan objektif, standar akuntansi harus bersifat ketat dan
rigid.
2.
Peran
Profesional Judgement lebih dibutuhkan
Peralihan menuju
principle based standar mempunyai arti standar akuntansi yang akan kita
gunakanmenjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail sudah
disederhanakan kedalambeberapa prinsip-prinsip dasar saja. Fleksibilitas dari
IFRS inilah yang menjadikan peran professional judgement lebih
dibutuhkan baik dalam hal mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam
halpengauditan. Dan hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bahwa semua
dokumen serta proses Profesional Judgement itu harus didokumentasikan.
3.
Penggunaan
Fair Value Accounting
Fair value bukanlah
nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi
yangdipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan
keuangan. Nilai adalah nilai yangwajar mencerminkan kualitas kredit suatu
instrumen.Sehingga dengan adanya fair value accounting maka penyajian atas
pelaporan keuangan untuk nilai aset dan instrumen keuangan tercatat pada
nilaisebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi pasar. Sehingga kualitas yang
dihasilkan atas laporankeuangan menjadi dapat diandalkan.
4.
Keterlibatan
pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan
Dengan adanya
konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan penilaian
danpengukuran menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya pihak ketiga
didalam penyusunan laporankeuangan sangat besar. Karena laporan keuangan
mewajibkan untuk diungkapkan secara menyeluruhagar transparansi menjadi suatu
hal penting bagi pengguna laporan keuangan.
Dampak penerapan
IFRS di Indonesia dalam bisnis
Berbagai dampak dapat terjadi dengan
adanya penerapan IFRS ini, sehingga
IFRS juga menimbulkan dampak positif dan
negatif terhadap dunia bisnis. Berikut ini adalah berbagaidampak dalam
penerapan IFRS :
·
Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka
karena laporan keuangan akan lebihmudah dikomunikasikan ke investor global.
·
Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih
banyak menggunakan nilaiwajar.
·
Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih
fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif.
·
Smoothing income menjadi semakin sulit dengan
penggunakan balance sheet approach dan fair value
·
Principle-based standards
mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangansedikit menurun yakni bila
penggunaan professional judgment ditumpangi dengankepentingan untuk
mengatur laba (earning management ).
·
Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.
Fleksibilitas dalam standar IFRS yang bersifat principles-based akan
berdampak pada tipe dan jumlah skill professional yang seharusnya dimiliki
oleh akuntan dan auditor. Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan maupun auditor
untuk memiliki pemahaman mengenai kerangkakonseptual informasi keuangan agar
dapat mengaplikasikan secara tepat dalam pembuatan keputusan. Pengadopsian IFRS
mensyaratkan akuntan memiliki pengetahuan yang cukupmengenai kejadian maupun
transaksi bisnis dan ekonomi perusahaan secara fundamental sebelum membuat judgment .
Selain keahlian teknis, akuntan juga perlu memahami implikasi etisdan legal
dalam implementasi standar (Carmona & Trombetta, 2008). Pengadopsian IFRS jugamenciptakan
pasar yang luas bagi jasa audit. Berbagai estimasi yang dibuat oleh manajemen perlu
dinilai kelayakannya oleh auditor sehingga auditor juga dituntut memiliki
kemampuanmenginterpretasi tujuan dari suatu standar.
AAA Financial
Accounting Standard Committee (2003) bahkan meyakini kemungkinan meningkatnya
konflik antara auditor dan klien. Dampak positive penerapan IFRS di Indonesia
Meskipun masih muncul pro dan kontra,
sesungguhnya penerapan IFRS ini akan berdampak positif. Bagi para
emiten di Bursa Efek Jakarta (BEI), dengan menggunakan standar pelaporaninternasional
itu, para stakeholder akan lebih mudah untuk mengambil keputusan.
·
Pertama,
laporan keuangan Perusahaan akan semakin mudah dipahami lantaranmengungkapkan
detail informasi secara jelas dan transparan.
·
Kedua,
dengan adanya transparansi tingkat akuntabilitas dan kepercayaan
kepadamanajemen akan meningkat.
·
Ketiga,
laporan keuangan yang disampaikan perusahaan mencerminkan nilai wajarnya.Di
tengah interaksi pelaku ekonomi global yang nyaris tanpa batas, penerapan IFRS
juga akanmemperbanyak peluang kepada para emiten untuk menarik investor global.
Dengan standar akuntansi yang sama, investor asing tentunya akan lebih mudah
untuk membandingkan perusahaan di Indonesia dengan perusahaan sejenis di
belahan dunia lain.
Dampak negatif penerapan IFRS di
Indonesia
Seperti yang
diketahui perekonomian Indonesia adalah berasaskan kekeluargaan. Akantetapi
semakin ke depan perekonomian Indonesia akan mengarah pada Kapitalis. Tidak
bisadipungkiri lagi kebudayaan negara barat (negara capital) dapat mempengaruhi
seluruh pola hidupdan pola pikir masyarakat Indonesia dari kehidupan
sehari-hari hingga permasalahan ekonomi.Padahal dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945
yang berbunyi, “ Perekonomian disusun atas usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan”. Disini secara jelas nampak bahwa Indonesiamenjadikan asas
kekeluargaan sebagai pondasi dasar perekonomiannya. Kemudian dalam pasal33 ayat
2 yang berbunyi, “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yangmenguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”, dan dilanjutkan pada pasal 33
ayat 3yang berbunyi, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai olehnegara dan di pergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat,”Akan tetapi dengan kemunculan IFRS tersebut dapat menyebabkan
publik menginginkanketerbukaan yang amat sangat di dalam dunia investasi.
Terutama keterbukaan investor asinguntuk berinvestasi di Indonesia. Hal
tersebut tentu berseberangan dengan UUD 1945 pasal 33.Terlebih lagi dengan
adanya Undang-Undang Penanaman modal di tahun 2007 lalu makasemakin terlihat
jelas bahwa ada indikasi untuk mengalihkan tanggung jawab pemerintah ke penguasa
modal (kapitalis).
Hubungannya
dengan IFRS adalah, keseragaman global menjadikan masyarakat mudah
berburuk sangka bahwa pemegang kebijakan akuntansi di Indonesia adalah
kapitalisme danmengesampingkan asas perekonomian Indonesia yang terlihat jelas
di Undang-Undang Dasar.Sehingga pada akhirnya akan memunculkan indikasi miring
bahwa Indonesia semakin dekatdengan sistem kapitalisme dan memudahkan investor
asing untuk mengeruk kekayaan diIndonesia.Dampak penerapan IFRS bagi perusahaan
sangat beragam tergantung jenis industri, jenistransaksi, elemen laporan
keuangan yang dimiliki, dan juga pilihan kebijakan akuntansi.
Adanya perubahan besar sampai harus melakukan perubahan sistem operasi dan
bisnis perusahaan,namun ada juga perubahan tersebut hanya terkait dengan
prosedur akuntansi. Perusahaan perbankan, termasuk yang memiliki dampak
perubahan cukup banyak. Tetapi di balik semua perubahan dan dampak yang
mungkin terjadi, tidak dapat dipungkiri dengan adanya IFRS makadapat memajukan
perekonomian global di Indonesia sehingga mampu bersaing dengan dunia luar.Serta
dengan adanya IFRS, PSAK akan bersifat principle-based dan memerlukan
professional judgment dari auditor, sehingga auditor juga dituntut
untuk senantiasa meningkatkan kompetensidan integritasnya.
PENERAPAN IFRS
DI TAHUN 2011 PADA PT. TELKOM
Perubahan yang cukup besar terkait pelaporan keuangan tahun 2011 adalah
berkaitan dengan penerapan standar pelaporan keuangan International Financial
Reporting Standard (“IFRS”).
Mengingat pelaporan keuangan di Telkom telah menerapkan pengendalian
internal sebagaimana ketentuan SOX Section 404, maka rancangan dan
penerapan pengendalian internal atas pelaporan keuangan perlu mengalami
penyesuaian yang cukup besar agar sesuai dengan ketentuan standar akuntansi
yang berlaku. Hal tersebut meliputi kebijakan akuntansi, organisasi dan
aplikasi TI, termasuk perubahan rancangan dan penerapan pengendalian internal
atas pelaporan keuangan yang diikuti dengan pengembangan kompetensi pengetahuan
IFRS kepada karyawan yang terlibat.
Komitmen untuk menerapkan IFRS merupakan keputusan manajemen, bahwa Telkom
akan melakukan adopsi lebih awal dari roadmap DSAK IAI atas Standar
Pelaporan Keuangan IFRS. Untuk itu sejak tahun 2010 dibentuk tim khusus disebut
dengan Gugus Tugas IFRS yang bertanggung jawab mempersiapkan implementasi IFRS
mulai dari fase penilaian, desain, implementasi sampai tahap kestabilan yang
direncanakan akan tercapai pada tahun 2012.
Untuk lebih detailnya berikut tahapan perancangan dan penerapan IFRS:
|
||
Tahun
|
Fase
|
Kegiatan
|
2010
|
Penilaian
|
·
Penilaian proses bisnis
dan TI di Telkom
·
Penilaian accounting
gap dan practical gap
·
Menentukan dan memilih
opsi IFRS 1 untuk penerapan pertama IFRS
·
Penilaian TI dan proses
bisnis yang terpengaruh implementasi IFRS
·
Pembuatan Mock-up laporan
keuangan IFRS (31 Maret 2010)
|
2010-2011
|
Desain
|
·
Pembuatan kerangka dan
detail Chart of Account (”COA”)
·
Pembuatan BRDs untuk
aplikasi TI yang terpengaruh
·
Pembuatan Mock-up
laporan keuangan IFRS (30 Juni 2010)
·
Pembuatan position
paper IFRS untuk topik-topik akuntansi penting
·
Pembuatan group
reporting package IFRS
·
Penyusunan proses
pengakuan dan pengukuran untuk transaksi transisional.
|
2011
|
Implementasi
|
·
Akuntansi dan Pelaporan –
pembuatan panduan group reporting package, penyusunan
laporan keuangan IFRS , kebijakan akuntansi IFRS, dan blank template keuangan IFRS
·
Data danTeknologi –
implementasi aplikasi TI baru (modifikasi)
·
Proses dan Kontrol –
mengupdate dan menyesuaikan proses bisnis SOA & SOP
·
Manajemen Perubahan –
melakukan sosialisasi dan pelatihan atas akuntansi dan pelaporan
, data dan teknologi, serta proses dan kontrol
·
Overall Project Monitoring – memonitor progres dari implementasi IFRS dan mengidentifikasi
serta memitigasi risiko. |
2012
|
Sustain
|
·
Membuat dan mengoperasikan
sistem pendukung implementasi IFRS
·
Mengidentifikasi,
memprioritisasi serta menyelesaikan masalah yang muncul dalam proses
bisnis, kontrol, serta aplikasi TI
·
Mengelola tes ulang dan
aktivasi aplikasi TI dan perubahan proses bisnis
·
Melakukan pengecekan
proses dan kualitas data
·
Membuat daftar aktivitas
dan roadmap untuk melakukan perbaikan
·
Menyusun proses transisi
dari fase sustain ke fase bisnis sehari-hari
|
Bagi Telkom, implementasi IFRS memiliki tantangan tersendiri, selain harus
menyampaikan Laporan Keuangan dalam standar IFRS ke US SEC, Telkom pun harus
menyampaikan Laporan Keuangannya dengan SAK Indonesia ke Bapepam-LK dengan
tetap memperhatikan norma-norma pengendalian internal.
Terkait dengan penerapan IFRS, Telkom juga berperan aktif mendukung
implementasi IFRS di BUMN lainnya dan terlibat sebagai narasumber, berikut
beberapa kegiatan yang telah dilakukan:
Telkom terlibat
aktif menjadi Tim Kerja Koordinasi BUMN untuk Antisipasi Penerapan IFRS ke
dalam SAK Indonesia, salah satu wujudnya adalah menjadi narasumber dan pengajar
untuk workshop penerapan SAK Indonesia Baru (IFRS) untuk BUMN; Telkom
memberikan jasa pendampingan konvergensi SAK Indonesia-IFRS kepada salah satu
BUMN di Indonesia dan ini merupakan langkah awal untuk membantu proses
konvergensi di BUMN-BUMN lainnya; Telkom menjadi pembicara utama dalam Seminar
IFRS untuk Auditor dengan tema ”Internal Auditors Need to Know IFRS
Conversion” pada tanggal 11-13 April 2011 di Bandung; dan Secara rutin
melakukan sosialisasi dan workshop atas implementasi IFRS ke Anak
Perusahaan Telkom.
Klik tulisan
diatas.
Jasa Marga Mulai Adopsi IFRS
Sebagai salah
satu bentuk peningkatan sistem di bidang Keuangan dan Akuntansi, Jasa Marga
akan segera mengimplementasikan Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK)
dengan berbasis pada International Finance Reporting Standard (IFRS) untuk penyusunan
Laporan Keuangan. “Untuk menuju program adopsi IFRS secara menyeluruh pada
tahun 2012 nanti, Jasamarga mulai tahun ini mencanangkan langkah-langkah untuk
penerapan IFRS. Sejak tahun 2009 dan 2010, Jasa Marga telah menerapkan beberapa
PSAK-PSAK tertentu yang mengacu kepada IFRS, yakni PSAK nomor 54 dan 55
mengenai instrument keuangan.†demikian disampaikan Direktur Keuangan
Reynaldi Hermansjah dalam acara Pembukaan Executive Meeting yang diikuti oleh
para pejabat setingkat Kepala Divisi/ Biro/Satuan, Kepala Cabang dan Direktur
Anak Perusahaan di JMDC pagi ini (7/2).
Menurut
Reynaldi, dengan penyusunan Laporan Keuangan dengan standard IFRS, maka
penyusunan Laporan Keuangan Jasa Marga sudah berstandard internasional, sama
seperti perusahaan-perusahaan lain di dunia. Sehingga, Laporan Keuangan Jasa
Marga dapat dengan mudah dipahami oleh para pengguna laporan keuangan bahkan
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan dari negara lain yang sudah
menerapkan IFRS.
Di sisi lain,
menurut Kepala Biro Keuangan dan Akuntansi Rony Haryanto, proses persiapan
penerapan IFRS ini sudah dilakukan Jasa Marga sejak tahun 2009. Saat ini kita
sedang melakukan sosialisasi, tambah Roni. Persiapan lain yang sudah dilakukan
adalah dengan mengirim para karyawan untuk mengikuti pelatihan dan seminar
masalah IFRS ini ke berbagai institusi atau perguruan tinggi seperti yang
pernah diselenggarakan oleh Universitas Indonesia. Selain itu, untuk menerapkan
standard ini, Jasa Marga juga dibantu oleh konsultan yang memiiiki kompetensi
di bidang ini, yakni Konsultan keuangan Amir Abadi Jusuf (AAJ).
Klik tulisan diatas.
Sumber :
http://www.telkom.co.id/UHI/UHI2011/ID/0912_IFRS.html
http://www.jasamarga.com/en_/berita/item/133-jasa-marga-mulai-adopsi-ifrs.html
http://www.academia.edu/4091611/Dampak_Implementasi_IFRS_BAGI_PERUSAHAAN_Oleh_Dwi_Martani_Staf_pengajar_Akuntansi_FEUI_anggota_tim_implementasi_IFRS?login=&email_was_taken=true
http://www.academia.edu/4425325/IFRS?login=&email_was_taken=true
Tidak ada komentar:
Posting Komentar